Setìap waktu engkau terzenyum , sudut mata mu memancarkan raza kerezahan yang terbenam kerìnduan yang tertahan duka yang dalam , yang terzembunyì jauh dì lubuk hatì , kata - kata mu rìuh mengalìr bagaì gerìmìz sepertì angìn tak pernah dìam , selalu beranjak setìap saat , menebarkan jala asmara , menaburkan aroma luka benìh kebencìan ,
. . . . . . .
. . . . . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar